Gue emang dari kecil udah hobi coret-coret. coret-coret di tembok, majalah, buku pelajaran kakak, meja, koran, di tanah, pasir, bahkan di udara! Yah,, walaupun coret-coret nya gak bisa dibilang bagus, yahh minimal, gue hobi lah ya.
Apapun itu. Apalagi coret-coret wajah manusia, terutama cewek, gue hobi banget :D
Maka muncul berbagai reaksi dari orang-orang terdekat.
Pas gue coret-coret dengan sebongkah kerikil di halaman tetangga, tetangga gue komen, 'Wah,, Rahma besok mau jadi pelukis ya?" Lalu gue iyakan.
Pas gue muncul dengan banyak coretan di tembok kamar, Mimi gue komen dan panik, dengan bahasa Cirebon "Aaa.. tembok maning-maning dicoret-coret.. Pen dadi apa engkoe?"
terjemahan bebas: "Lagi-lagi coret-coret di tembok, Besok, kamu mau jadi apa?" Tetangga gue bilang, gue bisa jadi pelukis, tapi gue jadi mikir besok mau jadi apa.
Terus, pas gue coret-coret di buku pelajaran punya kakak, gue gak sempat mikir, malah nangis tertahan. Masalahnya, kakak gue memang gak komen apapun, tapi tangannya lebih dulu bicara alias nyubit gue. Karena sakit, otomatis gue nangis. Jaman kecil, hukum rimba lah yang berlaku. Yang kuat, yang menang. Y_Y
Lalu gue gak bosan corat-coret di udara kosong. Bagi gue, udara adalah lahan paling 'aman' tempat gue coret-coret. Karena hanya gue yang bisa melihat mahakarya gue. Hahaha.. tunggu, ternyata gue agak salah, karena pas di kelas gue mulai beraksi, beberapa teman gak mau kalah buat komen,
"Ih Rahma stress ya, lagi ngapain tuh tangan gerak-gerak ke atas gak jelas?"
Wew.. @_@
Gue gak habis ide. Coret-coret bisa dimanapun, kapanpun. Gue emang keterlaluan jarang beli kertas atau buku gambar buat hobi gue ini. Gue memilih media yang emang bisa mancing feel gue pas coret-coret. Syaratnya, media yang emang gak disengaja. Jadilah buku-buku sekolah gue menjadi korban berikutnya.
Jarang buku-buku gue bersih dan steril. Pasti ada coretan atau goresan. Bukan satu-dua halaman, tapi nyaris seluruh lembar. Aman kan, gak ada yang protes.
Dasarnya hidup, ternyata jalan gue gak mulus.
Suatu hari, gue dipanggil guru kelas gue. Gue dengan terpaksa mengaku kalo di jaman itu, gue adalah murid paling pinter di kelas, jadi wajar dong kalo gue GR, 'jangan-jangan guru gue mau ngasih gue hadiah atau apalah' Haha
Ternyata gue benar. Hadiah.. -____-
"Buku paket sekolah nyaris gak berbentuk, isinya gambar kamu semua! Ckck.. gimana kamu ini, itu kan milik sekolah, yang nanti akan diwariskan ke adik-adik kelas kamu. Owalah, habis kena gambar kamu, gak bisa dipake lagi nanti."
Gue meringis, semanis mungkin.
"Hobi gambar kamu salurkan pada tempatnya, yaudah bapak tunjuk kamu buat wakilin sekolah di lomba melukis di kota nanti. Ckck.. "
Gue melongo. Waktu itu gue kelas 4 sekolah dasar.
--------------------------------------@_@----------------------------------------------
^Buat yang punya adik hobi coret-coret di sembarang tempat seperti cerita di atas, jangan ragu buat mengarahkan!
Coret-coret itu gak buruk kok, dan gak aneh. Huehehe
Buat anak kecil, coret-coret itu bisa memancing mood 'perkalian', 'pembagian', 'hafalan', de el el.
Gue pernah!
~yuk, jalan di atas Karpet Ungu~
22:33 wib, mampang 4
2 comments:
Keren kak.. ^^
salam kenal..
saya masih bodoh banget menulis :)
bimbing saya yah :)
wow,, makasih pilo :D
aku juga nubi kok sai, nulis mah yg penting sering2 aja. yuk, sama2 belajar ..:0
smoga gak bosen ya buat jalan di atas Karpet Ungu lg :)
ihiyy..
Post a Comment