Home

Wednesday, June 12, 2019

Dua Gadis Ini Bersahabat Tanpa SELFIE

Pertemuan diciptakan sepaket dengan perpisahan.


Tidak mungkin berpisah, jika bertemu saja belum pernah.

Yah, kira-kira seperti itu episode kehidupan, silih berganti.



Aku mungkin beruntung, karena menemukan seorang sahabat yang baik. Sahabat yang sejak dulu betah dan tahan bisa sepemikiran dengan saya. Kadang, pemikiran saya terlalu unik untuk dipahami orang lain. Tapi tidak dengan sahabat saya yang satu ini. Kami sangat berbeda dalam banyak hal, terlalu berbeda malah. Namun kami ditakdirkan untuk selalu bersama sejak kami masih sangat kanak-kanak.Saat itu saya berusia lima tahun. Kami bahkan belum masuk sekolah dasar. Karena rumah kami tepat bersebelahan, kami sering bermain dan bahkan belajar bersama.












 Di lingkungan rumah tinggal kami, cukup banyak anak-anak perempuan dan laki-laki. Namun, teman yang benar-benar asyik untuk berteman dan bermain bersama, tentu bisa dihitung dengan jari. Kami berdua termasuk yang selalu bersama dalam berbagai kesempatan.Usia kami berbeda setahun, namun karena kami masuk SD di tahun yang sama, itu artinya kami menjadi sebaya. Saya tidak satu kelas dengannya. Hanya saja, saya dan dia selalu berangkat dan bermain bersama, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah.



























Usia prasekolah, SD, SMP, sampai SMA kami selalu bersama. Memang saat itu dia bukanlah satu-satunya sahabat saya. Tapi selalu istimewa bagi saya. Banyak hal yang kami lalui bersama, dan oranglain tidak terlibat dalam hari- istimewa kami. Hehe. Walaupun sebenarnya hanya saya yang merasa mengistimewakan dia, entahlah bagaimana apakah ia juga mengistimewakan saya sebagai seorang sahabat atau tidak.

Kami akhirnya harus berpisah saat duduk di bangku kuliah. Saya memilih  merantau untuk belajar di ibukota. Sedangkan ia, memilih belajar di kota kelahiran kami. Setiap saya pulang di sela libur kuliah, setidaknya, dia masuk dalam daftar alasan saya untuk pulang. Kami sesekali bertemu dan mengobrol panjang lebar.
















Lulus kuliah, saya tetap tinggal di ibukota dan bekerja, sedangkan ia terbang jauh berdinas di tanah Papua. Nyaris tidak pernah bertemu, mengobrolpun mungkin hanya 1x via telepon, setahun sekali. Tapi kami tetap sahabat lama yang merasa dekat.
Berpuluh-puluh tahun berteman, baru saya sadar. bahwa setiap bertemu dengannya, kami terlalu sibuk mengobrol, bercerita banyak hal, sampai kami lupa bahwa kami tidak pernah selfie!! Satu kalipun. 










Foto bersama ada, tapi untuk momen pertemanan jaman now? tanpa selfie? Kayanya sesuatu yg sudah mulai langka ya. Mungkin krn kami adalah jalinan teman sangat lama dimana masa2 itu adalah masa-masa real life, tanpa sosial media dan sebagainya. Akhirnya selfie pun menjadi satu hal yang asing bagi kami. Haha.Entahlah.My random story, for my black-box. Menulis adalah terapi diri. 

<3 p="" ramcil="">

No comments: