Home

Friday, August 24, 2012

First Edition: No Tag

Assalamu'alaikum karpet ungu,,
masih di bulan syawal, menyisakan aroma Idul Fitri yang baru aja usai di belakang pekan tadi,
kini toples-toples bekas kue lebaran aneka ukuran berjejeran di lemari, dan kosong. Puluhan pose foto-foto baru kini memenuhi folder di laptop tercinta, kenang-kenangan saat hari raya bersama sanak keluarga.

Dan, edisi kali ini, sebenarnya agak telambat postingan ini, tentang sketsa-sketsa baju yang aku desain sendiri, first edition, no tag, alias gak ada temanya ini, akhirnya berhasil juga colouring-nya, di photosop favoritku.
Haha, karena sebenarnya ini adalah sketsa yang telah lama aku buat, coret-coret di atas buku gambarku. 

Suatu hari, aku berharap bisa merealisasikan desain-desainku sendiri, bahkan memborong doa untuk membuat clothing line sendiri,, Wow subhanalllah, tahun depan mungkin akan terlaksana. Huahh..

Ini dia hasilnya!!!

the Rainbow Scarf



Terkejut sendiri saat mempostingan edisi ini, pasalnya aku dengan teganya memposting hal-hal di luar nalar, seperti ini, the rainbow scarf. Kapan juga aku pakai jilbab warna-warni seperti ini, kecuali dengan bantuan potosop. Lol. Banyak orang ingin menulis tentang fashion hijab, gaya jilbab masa kini, cara melilit jilbab, hijab tutorial, atau sejenisnya. Jangan-jangan mereka termasuk juga aku. Hadeh.

Beberapa teman dari masa silamku, heran, kaget, terperanjat, atau bingung?
Mereka bilang, aku sekarang berubah banyak. Kata mereka, sekarang aku cantik, dengan kata halusnya dulu aku jelek ya. Cukup tahu *pergiTidur

Ada lagi beberapa teman bilang, wah aku berubah sedikit. Walaupun berjilbab dan selalu pakai rok, mereka menuduhku tomboy dan sembarangan. Bahkan, ada teman yang berkomentar tanpa pikir panjang kalau aku dulu punya hobi suka tidur di sembarang tempat dalam segala posisi. Itu terlalu mengada-ada, kan? 
*Kan aku nggak sengaja melakukannya, hehe

Sebenarnya, nggak ada yang berubah, aku hanya sedikit memperhatikan penampilanku sekarang. Untuk seorang gadis dua puluh tahunan, aku memang terlambat dalam hal itu. Para gadis seusiaku sudah mengemas diri mereka, jauh-jauh sebelum sebesar ini, aku malah baru memulai. That's point -__-

Cuma itu..

agak-agak mirip ekspresi orang nahan hajat gak sih? -_-







telephone

my phone, when you leava me here, the snow and the tears falls. lol

Seharusnya, judul asli dari postingan ini adalah handphone. Tapi kok rasanya aku nggak tega buat menuliskan kata handphone, aku masih membaui aroma menyedihkan saat aku menuliskan kata 'handphone'. Karena itu, akhirnya kuperhalus dengan telepon.

Akhir januari tahun ini bisa jadi akan aku ingat di sepanjang waktu yang kuluangkan untuk melamunkan hal-hal tidak penting, contohnya seperti mengingat kejadian naas saat aku kehilangan handphone-ku tersayang. Haha, tolong jangan protes dulu karena nada tulisan yang akan aku buat ini agak mengalami dramatisasi demi tercapainya kesan menarik. -_-

Handphone-ku yang kubeli dengan susah payah, dengan keringat seorang mahasiswi luntang-luntung sepertiku, prestasi besar aku memilikinya. Sayang, hanya empat bulan ia berjasa menyertai kehidupanku yang tidak datar. Terlebih, ia pergi saat aku bawa tugas negara: penelitian Tugas Akhirku.

Keraton Kanoman, salah satu keraton bersejarah di Kota Cirebon, hari itu sangat terik memayungi kepalaku. Aku memang asli Cirebon, tapi percaya nggak, itu kali pertamanya aku masuk keraton yang didirikan kedua, setelah Keraton Kasepuhan tersebut. Bukan hal yang bagus memang.

Alasanku ke sana, siang itu pun cukup penting, yaitu kepentingan penelitian Tugas Akhir-ku yang mengangkat tema wisata budaya Cirebon. Ok, belum sempat aku hunting ilmu dengan lahap, terjadilah peristiwa aku kehilangan benda pintar itu. Kejadiannya sangat lambat sampai-sampai aku nggak berhasil mengingatnya. Loh.

Yak, handphone-ku jatuh tanpa aku sadari, saat aku berusaha napak tilas dan menganalisa, siapa tahu, handphone-ku kembali, takdir berkata ia nggak akan kembali. Dengan menyesal dan hati yang dilapang-lapangkan, tanpa melanjutkan penelitian pentingku, aku pulang dengan suasana hati yang kurang bagus.


telephone

Sejak itu, aku nggak pernah benar-benar merasa punya handphone. Hidupku lumayan berubah drastis, karena seluruh kontak dan memory hilang. Relasi dan teman-teman hilang, woro-woro di media sosial nggak begitu banyak membantu. Ganti handphone sudah pasti, tapi lima kali gonta-ganti karena beberapa secara misterius rusak, dan sisanya eror. Sebelas duabelas ya. Sampai sekarang, sepertinya aku belum menemukan lagi jodoh handphone-ku...


Karpet!!

my Room, my Destiny


ungu lagi ungu lagi..

kamar tak berpenghuni, bagai taman tanpa bunga

Apa jadinya, saat seorang anak gadis, berkelana di rumah sendiri tanpa kamar yang mengukungnya?
Beginilah nasib anak gadis itu, memposting kamar-terlampau-idaman nya di blog.

Kamu mungkin nggak pernah merasakan apa yang Karpet Ungu rasakan. Coba kamu bayangkan sebentar saja, kamu pulang mudik ke rumahmu, dengan tas bawaan di semua tanganmu, lalu ransel di punggungmu yang lelah karena perjalanan, dan tiba di mulut rumah. Dengan harapan ada kamar yang mau menampung kamu dengan selamat. Sedang kebayang?

OK, lalu kamu melangkahkan kaki, dan tanpa bertanya atau diberi jawaban, kamu adalah penghuni rumah tanpa kamar di rumah itu. Orangtuamu hanya ingat membangun 3 kamar tidur saja saat mereka menikah, dan lupa bahwa anak mereka bersembilan. Cukup terbayang?

Begitulah nasib seorang gadis tersebut, selama empat tahun terakhir ini, terpaksa memulangkan diri demi berlebaran dengan seluruh keluarga dan merelakan kenyataan pahit bahwa ia seorang tanpa kamar. Karena kamar-kamar telah terisi penuh oleh kakak-kakaknya yang sudah lebih dulu beranak-pinak. Bersyukur beberapa kakakmu ada yang sudah punya kediaman sendiri di kota tempat rumah besar orangtuamu.

Karena ia seorang gadis, walaupun tanpa kamar, ia berhasil tidur bermalam-malam dengan tertutup dengan cara nggak disangka-sangka. Ada sebuah gudang baju yang sudi menampungnya.

Akhirnya, terputuskan membangun kamar imaji sendiri.

Karpet!

Wednesday, August 22, 2012

the RED spirit: syawal independent day


Dian Rainbow attented the independent ceremony at Istana Merdeka. Sorry for cropping the top :D



happy Idul Fitri

segarnya mewakili tiap inci suasana lebaran


Allahu akbar,,allahu akbar,,

malam idul fitri menggemakan takbir di sudut-sudut kota.
Tak seperti tahun-tahun sebelunya, aku selalu kebagian jatah untuk mengantar zakat fitrah keluaga kepada para mustahik, dai rumah ke rumah.

Sekarang seiring waktu yang meranjakkanku dewasa, aku bebas dari tugas mengantar-antar zakat itu. Rasanya, banyak yang berkurang. Kini aku memilih untuk keluar berkeliling dengan keponakan-keponakan kecilku, mentraktir mereka aneka jajanan, bertakbir, melihat kembang api di tengah alun-alun melalui langitnya, lalu pulang dengan hati berseri dan riang. Tahun lalu, sahabat masa kecilku, Fuji, ikut juga menyertai rombongan kita.


Sore saat pesta nyaris usai

lovely mom <3 br="br">



Mohon maaf atas banyak khilaf selama berjalan di karpet ungu ..

Monday, August 6, 2012

TIGA

3 senyum yang tercipta untuk jadi kenangan

Tiga adalah angka ganjil yang dalam isi kepalaku ia berwrna kuning. Yah, aku mengingat angka-angka dengan beragam warna. Kuning adalah warna terang dan cerah, semua orang tahu itu.

Namun kali ini aku harus mengaku salah dengan susah payah, karena tiga tak selamanya kuning!
dan kuning nggak selamanya ceria,, kami buktinya!
Persahabatan kami bertiga nggak lagi sekuning warna ceria. Aku bahkan bisa aja melupakan semuaya, kalo nggak ingat akan deretan episode selama 4 tahun di bawah atap yang sama,, nggak!
Coba, pikirkan baik-baik, seandainya ada orang iseng atau mereka yang punya waktu luang untuk menuliskan tiap tawa dan bahkan tangis kami selama ini, dalam sebuah buku, aku cemas bakal setebal apa buku itu nanti.

Karena itu, di momen ramadhan ini, detik-detik berharga menjelang hari fitri, smoga aku bisa melihat mereka lagi tersenyum dalam bahasa yang sama,,


Aku kangen mereka. titik.