Bismillahirrohmanirrohiim..
Saya adalah satu di antara jutaan wanita yang menginginkan kesuksesan dalam pendidikan dan juga dalam karir / pekerjaan. Belasan tahun saya mengenyam bangku pendidikan formal. Belajar ini itu. Lalu berharap bisa berkarir dengan "layak". Setiap hari disibukkan dengan tumpukkan pekerjaan untuk mengejar arti kata "sukses" ITU. Arti kata sukses yang sama seperti orang-orang kebanyakan, karir lancar, finansial berkecukupan.
Tahukah saya
Selama belasan tahun menuntut ilmu, ternyata bahkan tidak ada satu bidang ilmupun yang saya pelajari untuk pekerjaan "tetap" saya sebagai wanita kelak. Pekerjaan yang mungkin banyak orang menganggap itu seperti akan menenteng sebuah koper, tinggal angkat, selesai, tanpa perlu persiapan juga BISA.
Pekerjaan apa?
Saya tertegun, selama ini tidak satupun di sekolah saya diajarkan bagaimana cara "memberi ASI", "mengganti popok", memasak bubur bayi, menasihati anak usia remaja, dan hal-hal SEPERTI ITU. Kalaupun ada, porsinya sedikit sekali.
Saya lebih banyak diajarkan bagaimana menghitung kecepatan pantul bola basket, mengukur kedalaman air, atau merumuskan masalah.
Alih-alih seharusnya saya belajar menghitung kecepatan datangnya jodoh,
mengukur kedalaman komitmen seseorang,
atau memecahkan masalah!
#Hehe
Yah, begitulah saya dan jutaan wanita masa kini lainnya.
Lalu kini saya--katakanlah--mahir menjalankan sebuah software komputer misalnya, namun apakah kelak ketika bayi pertama saya lahir, akan langsung saya aplikasikan software ini kepada anak saya?
KAMI SIBUK MENITI KARIR..
Kami sibuk mengejar ITU.
Bahwa wanita setinggi apapun, sehebat apapun, jangan sampai lupa atau meninggalkan tugasnya sebagai seorang ibu.
Banyak ulama hebat terlahir dari ibu yang selalu mendampinginya, mendidik dengan SEUTUHNYA. Contohnya ibunda Imam Syafi'i yang selalu membaca Qur'an di samping Syafi'i kecil. Sejak saat itu Syafi'i kecil cinta sekali dengan bacaan ibunya, cinta dengan AlQur'an.
Nah, akan jadi apa anak saya kalau saya sendiri tidak ada di sampingnya selama 9 jam perhari selama 5 hari penuh? Terlebih misalnya saya punya hobi nonton drama Korea, atau bahkan karaokean??
Lalu saya berharap anak saya jadi anak solih dengan saya seperti ini?
Astaghfirullaah..
Ibu sebagai pusat pendidikan |
Saking PENTINGNYA TUGAS MENGURUS ANAK, maka seorang wanita diringankan dengan tidak adanya anjuran sholat berjamaah di masjid, wanita tidak diwajibkan sholat jumat seperti kaum lelaki, dan juga TIDAK DIWAJIBKAN MENCARI NAFKAH.
Karena apa?
Semua Allah atur agar memudahkan para ibu untuk menjaga titipan Allah tersebut.
Lalu hening.
*Tamparan untuk diri pribadi
** Banyak sekali kekurangan pada tulisan ini dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis.
Tulisan jaman masih singlelillah, blm tau kapan jodoh datang, dan blm mnjadi seorang ibu. MasyaAllah tabarakallah
** Banyak sekali kekurangan pada tulisan ini dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis.
Tulisan jaman masih singlelillah, blm tau kapan jodoh datang, dan blm mnjadi seorang ibu. MasyaAllah tabarakallah
6 comments:
Ramcil.. fath institut itu ada jurusan apa aja?
Ada kelas tahsin tahfis kayak di alhikmah ya? Pernah liat selebarannya aq.
Baca tulisan rahma..sebenarnya kegalauan klo boleh aq bilang. Kegalauan krn blm berada di zona "seoranG ibu" tenang aja.. nanti ilmu yg ramcil dpt di kuliahan di sekolah mulai dr tk sampe smu dipake kok begitu jd "istri kemudian ibu"
Sebagai contoh ilmu algoritma..kebayang gk nanti dipake kapan kli dah jd ibu?"
Aq nerapin lho..semisal beberapa kegiatan yg udh terencana, yg udah ada tuntutan goal nya, dg terlatih make algoritma bisa lho merencanakan sampe.menimplementasikan bahkan prediksikan goal nya kegapai apa gk.
Insyaallah terbiasa update nyari info, akan melancarkan ngurus bayi baru dg rajin sherching dan ikut forum ibu2 baru. Seru kok. Kita mengukur ketidakbisaan kita hanya krn kita blm berada di zona itu. Tp bagus klo kita prepare dr skrg. Ada kuliah ortu baru atw yg akan jd ibu jv kok semisal di AQL asuhan ustad Bahtiar Natsir. Hehehe.. be happy..be smart..be u r self ajah..
Menjadi ibu adalah sunatullah kita sbg perempuan..allah udh kasih kita aplikasi khusus untuk itu. Tenang aja. Masalahnya udh melangkah untuk jd ibu blm? Hehehe
Maaf byk kesalahan ketikan..
Maaf byk kesalahan ketikan..
tulisan ini masih banyak sekali kekurangannya, karena ilmu saya yang terbatas. Yang saya tekankan di sini adalah, pemikiran saya selama ini hanya terpaut pada pengembangan karir dan karir sesuai bidang saya saja. Belum berpikir ke depan bagaimana berperan menjadi seorang ibu.
Jadi, ini lebih kepada diri pribadi saya. Bukan menggeneralisir semua wanita.
hehe
Post a Comment